Dikisahkan di negeri Yaman, hiduplah seorang
pemuda bernama Uwais Al Qarni, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti
kepadanya ibunya dan dicirikan memiliki penyakit sopak di tubuhnya.
|
sumber gambar : https://pixabay.com |
Uwais
adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Beliau adalah
seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama
ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta.
Kecuali
ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak keluarga sama sekali. Meskipun
demikian, cerita ini akan menjadi kisah inspiratif yang sarat makna untuk kita
baca dan pahami.
Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah sebagai penggembala
domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup untuk menafkahi
dirinya dengan ibunya. Apabila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk
membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan
ibunya.
Bakti Luar Biasa Uwais Al Qarni terhadap ibunya
Meskipun Ibunya merupakan seorang wanita
tua yang mengalami kelumpuhan, Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua
permintaan Ibunya dengan takzim.
Akan tetapi, ada satu permintaan ibunya yang
membuat Uwais bergelora untuk memperjuangkannya.
"Anakku, sepertinya Ibu tak lama lagi akan bersamamu,
ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya suatu ketika.
Uwais tercenung mendengar permintaan ibunya, perjalanan menuju Makkah sangatlah
jauh, melewati padang pasir tandus yang panas. Harus mempersiapkan perbekalan
yang baik dan banyak untuk menuju ke sana, memerlukan unta dengan kondisi sehat
dan kuat. Namun apalah daya, Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.
Karena ketaatannya kepada Ibunya, dan
tidak ingin mengecewakan sang ibu. Uwais terus berpikir mencari jalan keluar.
Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu dari sisa tabungannya bekerja sebagai
pengembala onta dan kambing. Akan digunakan untuk apa anak lembu itu? Tidak
mungkinkan pergi Haji naik lembu. Ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak
bukit.
Setiap pagi beliau menggendong anak lembu itu naik turun
bukit.
"Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang
yang sering melihatnya melakukan hal tidak masuk akal itu. Memang, kelakuan
Uwais sungguh aneh dilihat.
Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu
naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga
yang diperlukan Uwais. Akan tetapi karena buah latihannya setiap hari, anak lembu yang membesar itu tak
terasa lagi bebannya.
Tidak terasa, 8
bulan berlalu, sampailah musim Haji yang didambakan ibunya itu. Lembu Uwais
telah mencapai bobot yang sangat luar biasa, begitu juga dengan otot Uwais yang
makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat beban barang. Orang-orang sekarang
menjadi tahu, apa maksud Uwais yang bolak-balik menggendong lembu setiap hari.
Ternyata ia sedang menempa dirinya dengan ulet, berlatih untuk menggendong
Ibunya.
Uwais menggendong ibunya berjalan kaki
dari Yaman ke Makkah! Subhanallah, Demikian besar cinta Uwais pada ibunya. Ia
rela dan taat sepenuh hati memperjuangkan impian ibunya, menempuh perjalanan
jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah.
Ibunya terharu dan bercucuran air mata bahagia karena telah melihat Baitullah.
Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah,
ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?"
tanya ibunya heran.
Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu
akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."
Masya Allah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh
cinta. Allah SWT pun memberikan karuniaNya, Uwais seketika itu juga disembuhkan
dari penyakit sopaknya. Hanya tersisa bulatan putih ditelapak tangannya.
Dan ada hikmah dari bulatan yang disisakan di telapak
tangannya itu? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua
sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais Al Qarni.
Kisah inspiratif yang sarat makna,
tentang perjuangan, tentang bagaimana kita harus berbakti kepada orang tua
kita.
"Sesungguhnya Allah mengharamkan
atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan
haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak
bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan
kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Cerita Kehidupan Uwais Al Qarni
Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang
anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni gemar melakukan
puasa. Apabila malam telah tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada
Allah.
Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni
setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Cerita dari
tetangganya ini semakin me motivasi Uwais untuk berkunjung ke Madinah bertemu
Rasulullah saw. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad saw, sedang ia
sendiri belum pernah berjumpa.
Berita tentang Perang Uhud yang
menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena terkena
panah musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais
mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai
ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah
bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk bertemu
dengan Rasulullah saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia
dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia ingin
sekali mendengar suara Nabi Muhammad saw, secara langsung kerinduan disebabkan
karena Imannya yang sangat kuat.
Akan tetapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah
tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia akan tega
meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan
malam pikirannya diliputi perasaan rindu agar dapat memandang wajah nabi
Muhammad saw.
Akhirnya, kerinduan kepada Rasulullah saw yang selama ini dirasakan
dan dipendamnya tidak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang
mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan mohon ijin kepada ibunya agar ia
diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun
telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia sangat
mengerti dan memahami perasaan Uwais Al-Qarni, anak kesayangannya seraya berkata,
“pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya.
Dan Apabila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”
Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan
ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, sebelum berangkat ia tak
lupa mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan ibunya ketika ditinggalkan
menuju Madinah, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya
selama ia pergi. Sesudah berpamitan
sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.
Uwais Ai-Qarni Pergi ke Madinah
Kisah inspiratif selanjutnya, Setelah menempuh perjalanan
jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari
rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah
Rasulullah tercinta sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya
membalas salamnya.
Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan keberadaan Nabi Muhammad
saw yang ingin sekali dijumpainya. Namun ternyata Beliah sedang tidak berada
dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais hanya bertemu
dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa nelangsanya hati Uwais. Dari jauh ia berniat datang untuk dapat
berjumpa langsung dengan Nabi saw, yang sangat dicintainya, akan tetapi Nabi Muhammad
saw tidak dapat dijumpainya.
Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu
kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan
masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan
itu, agar ia segera pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.
Akhirnya, didasari ketaatan kepada ibunya yang sangat besar,
pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan bertemu dengan
Nabi Muhammad saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa
pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya
menitipkan salamnya untuk Nabi Muhammad saw.
Setelah itu, Uwais Al-Qarni dengan perasaan yang sangat
haru biru segera berangkat mengayunkan langkahnya kembali ke Yaman.
Ketika, Peperangan telah usai dan Nabi Muhammad saw pulang
menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra
perihal orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni adalah anak
yang taat kepada ibunya, dan dia adalah penghuni langit.
Mendengar perkataan Rasulullah saw, Siti Aisyah ra dan para
sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang
mencari Nabi Muhammad saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya
sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu
lama.
Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais
Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin
berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak
tangannya.”
Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra
seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa
dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Waktu terus berganti, hingga Rasulullah
saw wafat. Dan Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin
Khatab.
Suatu ketika, khalifah Umar teringat
akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera
mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra.
Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan
Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya
apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari?
Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?
Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam
silih berganti melewati Madinah, membawa barang perniagaan mereka. Suatu
ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di
kota Madinah. Melihat ada sekumpulan kafilah yang baru datang dari arah negeri Yaman, khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais
Al-Qarni turut bersama mereka.
|
Sumber Gambar : https://pixabay.com |
Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni
ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota.
Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais
Al-Qarni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais
berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang
shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam
khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan
mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Sewaktu bersalaman, Khalifah Umar bin Khattab
ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda
putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh
Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.
Wajah Uwais Al-Qarni terlihat bercahaya dan cemerlang. Betul,
seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw bahwa dia itu adalah penghuni
langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab,
“Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan
mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang
sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais
Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama
rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon
agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia
berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”
Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang
kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan
Rasulullah sebelum wafatnya, agar apabila bertemu dengan Uwais memohon doa dan
istighfar.
Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya menengadahkan
tangan seraya berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra
berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk
jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak secara halus dengan berkata, “Hamba
mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya,
biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”
Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni
berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba
sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke
tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang
menunggu untuk mengkafaninya.
Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali
kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga
selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan pun begitu, luar biasa
banyaknya orang yang berebutan ingin sekali mengusung jenazahnya.
Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah
menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat
mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk
mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal seperti yang orang-orang ketahui
bahwa Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia
dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu
selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.
Penduduk kota Yaman tercengang saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya
engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang
fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai
penggembala domba dan unta?
Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan
penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami
kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah
para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan
pemakamanmu.”
Dengan kejadian-kejadian aneh dan
menggemparkan itu. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sejatinya
Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya
Uwais Al-Qarni disebabkan permintaannya sendiri kepada Khalifah
Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia.
Barulah di hari wafatnya, salah satu
kisah inspiratif islami, kita mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh
Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah salah seorang penghuni langit.