Awal mula Udin si penggembala
kerbau yang sering mengunjungi perpustakaan di sebuah Kecamatan untuk membaca
dan meminjam beberapa buku. Akan menjadi pembuka kisah inspiratif yang kita
sajikan.
Perpustakaan itu terletak di
Pendopo Joglo agung yang tidak memiliki dinding sehingga terkesan terbuka lebar,
dan terletak di depan kantor Kecamatan. Setelah membersihkan dan memandikan kerbaunya
di sungai ujung desa yang air nya jernih mengalir, sore itu ia mengajak
kerbaunya pergi menuju perpustakaan.
Seorang pustakawan tua yang
menjadi penjaga perpustakaan di joglo agung itu mencegatnya di depan gapura, dengan
mata melotot dan melarang Udin membawa masuk binatang peliharaan ke areal perpustakaan
Pendapa Joglo Agung.
“Ajari kerbau peliharaanmu untuk
bisa membaca dulu. Setelahnya, Kerbau itu baru boleh masuk ke perpustakaan kalau
sudah bisa membaca!” kata pustakawan itu dengan nada lumayan kesal.
Wajah Udin terlihat sangat kecewa
dan tak jadi meminjam buku ke perpustakaan. Dua minggu setelah, dia memutuskan kembali
lagi ke perpustakaan Kecamatan untuk membaca sambil menunggu waktu senja hari
tiba.
Terlihat pustakawan penjaga
perpustakaan joglo agung itu sedang sibuk membalak-balik halaman buku. Tanpa
banyak ngomong, pustakawan itu kembali melotot dan menunjuk ke sebuah buku
besar. Udin kemudian menggiring kerbaunya ke buku besar tersebut, dan membuka
sampulnya.
Si kerbau peliharaan udin menatap
buku itu datar, dan kemudian mulai membalak-balik halaman buku dengan lidahnya
satu demi satu. Terus menerus halamannya berjalan, dari kanan ke kiri, dibaliknya
setiap halaman sampai ke halaman terakhir. Dan Setelah selesai, kerbau gembalaan
Udin itu menatap lurus ke arah tuannya.
“Lihat, dan perhatikannlah,” kata Udin kepada pustakawan,
“Kerbauku sudah bisa
membaca seperti yang engkau kehendaki.”
Pustakawan itu tidak percaya dan sangat keheranan,
“Bagaimana mungkin caramu mengajari dia membaca?”
Udin kemudian bercerita, kisah
inspiratifnya sangat menarik kita simak,
“dua pekan yang lalu, Sesampai di rumah akibat
permintaanmu itu, aku siapkan lembaran-lembaran kertas mirip buku tebal ini,
dan aku telah sisipkan untaian biji-biji padi di setiap lembarannya. Kerbau itu
mau tidak mau, harus belajar membolik-balik lembaran agar bisa makan untaian
biji-biji padi yang telah aku sisipkan itu. Akhirnya, sampai ia benar-benar
terlatih untuk membalik-balik halaman buku dengan benar, barulah aku bawa
kemari menemuimu.”
“Tetapi?,” kata pustakawan tidak puas dan berusaha mencari
alasan untuk menolaknya,
“Kerbau itu kan tidak
mengerti apa yang telah dibacanya ?”
Si Udin menjawab, “Betul sekali,
memang demikianlah adanya cara kerbau membaca, hanya membalik-balik lembar halaman
tanpa mengerti dan memahami isi serta tulisannya. Kalau kita membuka-buka buku
tanpa mengerti isinya, maka kita pun biasa disebut sebodoh kerbau.”
Akhir cerita inspiratif kali ini,
Udin berhasil membalas perlakuan sang pustakawan yang sangat keterlaluan
tersebut dengan cara yang cukup elegan. Tanpa marah-marah, tanpa mengeluarkan
ejekan dan serapah, tanpa bersikap kasar.
Dengan pikirannya yang sangat sederhana,
dia mengajarkan kerbau peliharaannya untuk ‘membaca.’
sumber
Thanks for reading Kerbau Yang Pandai Membaca