Kisah inspiratif ini berkisah tentang seorang penunggang
kuda, kakek tua, dan pengembala kambing beserta kisah penuh hikmah yang
melatarbelakanginya.
Seorang pemuda berusia muda belia
terlihat begitu kelelahan dan kehausan diatas kudanya. Maka tatkala tiba di
disuatu oase yang airnya jernih dengan beberapa pohon rindang yang
mengelilinginya, Penunggang Kuda muda belia itu menghentikan kuda gaganya dan
turun untuk rehat sejenah ditempat tersebut. Kemudia Ia berbaring, sebelumnya meletakkan
sebuah bungkusan terbungkus kain disampingnya.
Matahari terasa bersinar sangat
terik, namun sepoi-sepoi angin karena teduhnya pohon dan oase, membuat pemuda
penunggang kuda itu tanpa sengaja tertidur dengan pulasnya, setelah sebelumnya
berhasil melepas dahaganya dengan meminum air di oase.
Ketika ia terbangun dari rehat
sejenaknya, matahari mulai condong ke arah barat. Ada yang dia lewatkan, bahwa Ia
sedang mengejar waktu karena ibunya sakit keras di rumah. Dari pakaian yang
dikenakan pemuda belia ini, ia terlihat sebagai anak orang yang kaya raya,
terlihat dari pakaiannya yang sangat mewah dan kudanya yang gagah bersih, dan
terlihat mahal.
Segera, dilanjutkan dalam kisah
inspiratif ini. Dengan terburu-buru ia melompat ke punggung kuda gaganya,
sementara tanpa disadarinya bungkusannya yang berbungkus kain di sampingnya
tadi tertinggal karena ia hanya kepikiran agar segera tiba dirumah untuk menunggui
ibunya. Pemuda ini hidup bersama ibunya, karena Bapaknya sudah meninggal karena
dibunuh orang beberapa tahun silam.
Tidak berselang lama setelah ia tergesa-gesa
meninggalkan oase itu, seorang anak belia penggembala kambing lewat ditempat
tersebut. Penggembala kambing itu terkesima melihat ada sebuah bungkusan kain
tergeletak begitu saja dibawah pohon. Kemudian, dipungutnya bungkusan tak
bertuan itu, kemudia dibawanya pulang ke gubuknya yang sangat sederhana.
Sesampainya di rumah sederhananya
itu. Hati si anak gembala girang bukan kepalang, ketika membuka bungkusan
tersebut ternyata berisi emas dan perak yang sangat berharga, dan tentu sangat
mahal harganya. Ia adalah anak yatim piatu dan masih kecil sehingga penemuan
itu di anggapnya merupakan hadiah terindah dari Allah swt. baginya.
Di lain tempat, bersamaan dengan
waktu anak gembala membuka bungkusan kain. Seorang kakek renta yang sudah
bungkuk berjalan tertatih-tatih melalui oase dan rindangnya pohon tadi. Karena
kelelahan dia pun ikut beristirahat di bawah pohon yang rimbun setelah
sebelumnya juga meminum beberapa teguk air dari oase.
Baru beberapa menit rehat melepas
lelah, pemuda belia sang penunggang kuda yang sebelumnya tertidur dibawah pohon
itu datang lagi ke Oase itu, dan bermaksud mengambil bungkusan kain yang tertinggal
sebelumnya.
Pemuda belia penunggang kuda itu terkejutnya
bukan main ketika sampai di oase itu. Matanya menatap sekeliling, kemudian pemuda
tersebut mengamati bahwa di bawah pohon rindang yag sebelumnya dia sempat
tertidur tersebut tidak lagi ditemukannya bungkusan kain. Yang terlihat hanyalah
seorang kakek tua renta sedang tertidur.
Diliputi rasa menyelidik pemuda
itu dengan suaranya yang keras bertanya
kepada si kakek,
"Mana bungkusan kain yang
tadi disini ?"
"Saya tidak mengetahuinya, tuanku," jawab kakek
dengan gemetar, setelah sebelumnya terbangun mendengar derap kuda gagah sang
pemuda.
"Jangan bohong, kamu !" bentak si Pemuda
meletupkan amarah.
"Betul tuanku, waktu saya
tiba disini beberapa saat lalu, saya tidak menemukan apa-apa kecuali kotoran
kambing berserak ini". Kakek tua menjawabnya lagi.
"Kurang ajar ! Kamu berani mempermainkan
aku ya? Pastilah engkau yang telah mengambil bungkusanku dan kau sembunyikan di
suatu tempat. Ayo segera kembalikan !" hardik pemuda lagi.
"Bungkusan itu baru kuambil
dari kawan ayahku sebagai warisan yang telah dititipkan ayahku kepadanya, untuk
diserahkan kepadaku kalau aku sudah dewasa, yaitu sekarang ini. Kembalikan
!" lanjut si Pemuda
"Sumpah tuan, saya benar-benar
tidak tahu apa yang dimaksud tuan," jawab kakek tersebut semakin ketakutan,
terlihat kakinya gemetar hebat.
" Bohong kamu! Ayo serahkan bungkusannya.
Bila tidak ,tahu rasa kamu nanti" hardik Pemuda tadi semakin kesa..
Karena kakek itu benar-benar
tidak tahu apa-apa, maka ia tetap bersikeras dengan jawaban bahwa tidak melihat
bungkusan tersebut. Akhirnya, Si Pemuda tidak bisa dapat mengendalikan
kemarahannya lagi.
Dicabutnya belati pendek dari
pinggangnya dan kakek tadi di bunuhnya. Setelah itu ia memutuskan mencari disekitar
oase dan rimbunnya pohon itu mencari bungkusan kain yang telah ia tinggalkan.
Akan tetapi tidak berhasil ditemukan.
Dengan perasaan maran dan kecewa
yang memuncak karena tidak berhasil menemukan bungkusannya, pemuda penunggang
kuda itu akhirnya naik ke punggung kuda gagahnya dan memacu kudanya pulang ke
rumahnya.
Kisah inspiratif ini ketika diceritakan dihadapan Nabi Musa
memunculkan sebuat pertanyaan dari seorang muridnya.
"Duhai Nabiyullah,
bukankah cerita hikmah tersebut justru memperlihatkan ketidakadilan Allah?"
"Maksudmu?" tanya Nabi Musa lembut kepada muridnya.
"Kakek itu jelas tidak berdosa
tetapi menjadi kambing hitam dan mendapatkan malapetaka yang tidak seharusnya
dideritanya. Sedangkan si anak gembala yang mengambil bungkusan berharga tadi
malah bebas tidak mendapatkan balasan yang setimpal".
"Menurutmu Allah swt. tidak adil ?" ucap Nabi Musa
terbelalak.
"Masya Allah. Dengarkan
baik-baik latar belakang kejadian itu sebelumnya". Kemudian Nabi Musa pun
bercerita, menceritakan kisah inspiratif di balik terjadinya cerita hikmah
tersebut.
"Ketahuilah muridku, dahulu,
sebelum kejadian itu ada seorang petani hartawan dirampok semua perhiasan harta
benda miliknya oleh dua orang perampok yang kejam. Setelah berhasil merampok,
harta itu dibagi dua oleh perampok tersebut. Dalam pembagian harta rampokan
tersebut terjadi kecurangan oleh salah seorang perampok yang rakus, sehingga
harta rampokkan tersebut dikuasainya sendiri setelah membunuh kawannya. Hanya
meninggalkan sedikit untuk perampok yang dibunuhnya.”
“Dan asal kamu tahu, perampok yang
tamak itu adalah kakek tua renta yang di bunuh oleh pemuda penunggang kuda itu.
Sedangkan perampok yang dibunuh oleh kakek renta itu adalah ayah dari pemuda
yang membunuh kakek tadi. Bungkusan yang dibawa penunggang kuda itu, sejatinya
adalah bagian yang disisakan oleh kakek perampok itu.”
“Disini berarti nyawa telah tunai
di bayar nyawa. Sedangkan petani yang hartawan itu adalah ayah dari si anak gembala
yang menemukan bungkusan kain berisi
barang berharga tadi. Itulah keadilan Allah swt. Harta kekayaan anak
gembala telah kembali kepada yang berhak memilikinya dan kejahatan dua bandit
tadi telah memperoleh balasan yang setimpal. Meskipun kita ketahui, peristiwanya
tidak berlangsung pada waktu yang bersamaan".
Hikmah dari kisah inspiratif yang
penuh hikmah diatas adalah, Marilah sejenak kita lihat perilaku kita ke
belakang. Beberapa masa yang lalu, adakah kesalahan yang kita belum meminta
maaf atas kekeliruan kita. Adakah tingkah laku kita yang telah melukai orang
lain. Sepantasnya kita minta maaf, mencari ridho orang yang mungkin tanpa
sengaja kita dzalimi. Semoga dengan meminta maaf, tidak ada bagian keluarga
kita yang merasakan dampak buruk atas kekeliruan kita.
Dan teruslah berbuat baik, karena perbuatan baik selalu
berbalas kebaikan dari Allah swt.